Jangan asal caplok CDI racing untuk
pembesut satria FU-150 standar. Apalagi jika masih mengkonsumsi premium.
Resikonya bukan hanya mesin nglitik tapi juga bisa bikin patah klep.
Bukan nakutin tapi ini terbukti klep putus dan bikin berantakan ruang
bakar.
Kejadian mengenaskan itu dialami dua
konsumen Hasan Motor di Jl. Kelapa Dua Raya No. 7 Jakarta Barat. Awalnya
memang tidak percaya dan dikira mengada-ada. Namun jika dianalisis
asal-usul dan spek satria FU-150, gejala patah klep bisa terjadi.
Pertama secara spesifikasi teknik bisa
dilihat. Kompresi rasio satria Fu-150 yang memang sudah lumayan tinggi.
Yaitu 10,2:1 bandingkan dengan motor lokal lain yang hanya bermain di
angka 9,2:1. Lumayan tinggi kan kompresi satria F itu?
Kedua, Satria F-150 cikal-bakalnya dari
Suzuki Raider 150 thailand yang tentunya punya kompresi sama. Bensin di
negeri Thai memang tidak masalah. Bensin di sana memang sudah memiliki
oktan tinggi. Di sana bensin swasta sudah bersaing dan menyodorkan
kualitas bagus.
Satria F-150 masuk Indonesia tidak
diikuti penurunan kompresi. Jika diisi bensin lokal macam premium
dipastikan ngelitik. “Timing pengapian minta diundurkan ,” jelas Hasan
yang asalnya mekanik resmi Suzuki. Gejala ngelitik dan ngeretek makin
menjadi setelah pakai CDI racing. Sebab rata-rata CDI racing timing
pengapiannya malah lebih maju dari standar. Apalagi pemakai CDI racing
dianggap berduit dan sudah pasti menggunakan pertamax dan pertamax plus.
Namun cilakan jika pemakai CDI racing
masih tetap nenggak premium. Akibatnya pengapian advanced atau maju tapi
bensin belum bisa untuk dibakar. Akibatnya timbul gejala Pre-ignition
atau pembakaran awal sebelum waktunya ketika piston sedang naik.
Berakibat ngelitik dan klep yang kalah.
Dari kejadian itu Hasan pesan CDI khusus
dengan spek sesuai premium. Caranya melihat timing pengapian Kondisi
standar, pada rpm rendah letikan busi 15 derajat sebelum TMA (titik mati
atas) dan rpm atas 38 derajat sebelum TMA. Biasanya CDI racing pada rpm
atas dinaikan jadi 40 derajat sebelum TMA. ini yang bikin kelewat maju
dan perlu diimbangi bensin oktan tinggi macam pertamax plus. kalau pakai
premium makin ngelitik dan kruk as bergetar.
Mengatasi itu, Hasan pesan kepada
perancang CDI agar tetap menggunakan kurva pengapian standar. “Namun
limiter dibuang. Biar nafas mesin jadi panjang dan tenaga keluar semua,”
jelas mekanik.